Sunayaneyecare – Fenomena wisata seks di Jepang, khususnya di Tokyo, tengah menjadi sorotan setelah sejumlah video viral di TikTok memicu lonjakan minat wisatawan asing. Kawasan seperti Kabukicho dan Taman Okubo kini dikenal sebagai pusat aktivitas ini, dengan berbagai layanan seperti klub malam, hostess bars, dan jasa “delivery health” yang mempertemukan pelanggan dengan pekerja seks di lokasi pribadi.
Faktor Pendorong
-
Media Sosial dan Influencer: Konten yang menampilkan sisi hiburan malam Tokyo, baik secara eksplisit maupun tersirat, telah memperkuat stereotip tentang perempuan Jepang yang dianggap patuh dan permisif secara seksual.
-
Kondisi Ekonomi: Pelemahan nilai Yen dan meningkatnya kemiskinan di Jepang telah mendorong lebih banyak perempuan muda untuk terlibat dalam industri ini sebagai upaya bertahan hidup.
-
Celah Hukum: Meskipun prostitusi dilarang secara hukum di Jepang, terdapat celah yang memungkinkan layanan seksual tertentu tetap beroperasi dengan dalih hiburan dewasa.
Dampak Sosial
Lonjakan wisata seks ini menimbulkan berbagai dampak sosial, termasuk eksploitasi pekerja seks, peningkatan risiko kekerasan fisik dan penyakit menular seksual, serta kerusakan reputasi Jepang di mata internasional. Banyak pekerja di industri ini dilaporkan mengalami tekanan psikologis, upah rendah, dan terjebak dalam lingkaran perdagangan manusia.
Upaya Penanggulangan
Pemerintah Jepang menghadapi tantangan besar dalam mengontrol wisata seks ini. Langkah-langkah seperti pengawasan lebih ketat terhadap klub malam, kampanye kesadaran tentang perdagangan manusia, dan pemberdayaan pekerja seks menjadi fokus utama.
Fenomena ini mencerminkan sisi gelap di balik gemerlap modernitas Tokyo dan memerlukan perhatian serius dari berbagai pihak untuk memastikan perlindungan hak asasi manusia dan etika pariwisata.